Sabtu, 07 April 2012

Group Investigation (penyelidikan kelompok)

Model-Model Pembelajaran Ekonomi
Model Penyelidikan Kelompok
(Group Investigation)


Dosen pengampu :
Dr.Ekawarna,M.Psi

Kelompok VI

 Mulyono (A1A110026)
Rahma DIna AFsari (A1A110010)
Kausar (A1A110030)
Jhonroy Purba (A1A110090)





Program Studi Pendidikan Ekonomi
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jambi
2012
Kata Pengantar

Dengan mengucapkan Alhmdullah akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "MODEL PENYELIDIKAN KELOMPOK"dengan baik.. pertama dan yang paling utama sekali penulis ucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi penulis kesehatan sehingga mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Selanjutnya shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada nabi besar Muhammad SAW yang senantiasa membantu para umat keluar dari kebodahan.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini terselesaikan berkat bantuan dan tuntunan Tuhan yang maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak ,untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
            Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan  makalah selanjutnya. Kepalkan tangan maju kemuka, tunduk tertindas bangkit melawan, mundur adalah suatu penghianatan. Wallahul muwafiq ila aqwamintoriq wassalamualaikum wr.wb


Jambi,29 Maret 2012


Penulis





BAB I

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Dalam konteks pembelajaran, siswa dipandang sebagai individu yang aktif membangun pemahamannya sendiri dan pengetahuan dunia sekitarnya dengan mengalami sendiri dan merefleksikan pengalaman tersebut. Tercapainya suatu tujuan pembelajaran adalah suatu kebutuhan yang wajib dicapai dalam proses pembelajaran. Ragam tujuan pembelajaran ada dua yaitu instructional effects (tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional) dan nurturant effect (tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajara istruksional). Keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat, dimana bila salah satu muncul maka lainnya juga akan muncul. Maka dari itu setiap proses pembelajaran haruslah dipertimbangkan tujuan-tujuan pembelajaran yang hendak dicapai baik instructional effects maupun nurturant effect sehingga dapat dibuat pembelajaran yang efektif.

Menurut Aunurrahman (2009:176) keberhasilan proses pembelajaran merupakan  muara dari seluruh aktifitas yang dilakukan guru dan siswa. Artinya, apapun bentuk kegiatan-kegiatan  guru, mulai dari merancang pembelajaran, memilih dan menentukan materi, pendekatan, strategi dan metode pembelajaran, memilih dan menentukan tehnik evaluasi, semuanya diarahkan untuk mencapai keberhasilan belajar siswa. Meskipun guru secara sungguh-sungguh telah berupaya merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, namun masalah-masalah belajar tetap akan dijumpai guru. Hal ini merupakan pertanda bahwa belajar merupakan kegiatan yang dinamis sehingga guru perlu secara terus menerus mencermati perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa di kelas.

Selanjutnya Aunurrahman (2009:176) menyatakan masalah-masalah belajar bisa muncul dari diri siswa maupun dari luar diri siswa. Masalah-masalah itu dapat dikaji dari sumbernya dan dari tahapannya. Dari sumbernya yaitu dari faktor guru dan faktor siswa. Yang bersumber dari siswa diantaranya sikap, motivasi, dan minat siswa, sedangkan yang bersumber dari guru diantaranya model pembelajaran yang diterapkan oleh guru Sedangkan dikaji dari tahapannya, masalah belajar dapat terjadi  pada waktu sebelum belajar, selama proses belajar dan sesudah belajar.

Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru menerapkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran Joice, Weil, dan Calhoun (dalam Aunurrahman, 2009:148) mendeskripsikan empat kategori model pembelajaran, yaitu kelompok model social (social family), kelompok pengolahan informasi (informasi proceeding family), kelompok model personal (personal familiy), dan kelompok model system prilaku (behavioral systems familiy). Adapun yang temasuk dalam kelompok model social yaitu, Group investigation (Investigasi Kelompok) , Role Playing (Bermain Peran) dan Jurisprodential Inquiri (Model Penelitian Yurisprudensi).

Dalam tulisan ini akan dibahas tentang  model pembelajaran investigasi kelompok karena dengan pembelajaran model investigasi kelompok siswa belajar bersama, saling membantu, dan berdiskusi bersama-sama dalam menemukan dan menyelesaikan masalahyang nantinya akan berdampak pada hasil belajar siswa.

1.2   Rumusan Masalah

Yang penulis angkat sebagai permasalahan dalam makalah ini meliputi :

1.      Apa hakekeat dari model pembelajaran?

2.      Apakah pengertian dari model pembelajaran investigasi kelompok ?

3.      Hal-hal apasaja yang menjadi tujuan dan ciri khas dari model pembelajaran Group Investigation ?

4.      Bagaimana sintak model Group Investigation ?

5.      Bagaimana langkah – lankah dalam model group investigation ?

6.      Bagaimana penerapan dari model investigasi ini khususnya didalam kelas ?

7.      Bagaimana langkah awal dalam memulai sebuah investigasi ?

8.      Apa peran seorang guru dalam model Group investigation?

9.      Apa saja peranan model group Investigasi ?

10.  Apa saja yang menjadi keunggulan serta kelemahan dari model pembelajaran group investigasi?

1.3   Tujuan Penulisan

Tujuannya meliputi :

1.      Mengungkap  hakekeat dari model pembelajaran

2.      Memaparkan pengertian dari model pembelajaran investigasi kelompok

3.      Menjelaskan Hal-hal apasaja yang menjadi ciri khas dari model pembelajaran Group Investigation

4.      Mengetahui sintak model Group Investigation

5.      langkah – langkah dalam model group investigation

6.      Mengetahui Bagaimana penerapan dari model investigasi ini khususnya didalam kelas

7.      Menjelaskan  langkah awal dalam memulai sebuah investigasi

8.      Memperlihatkan  peran seorang guru dalam model Group investigation

9.      mengetahui peranan model group Investigasi

10.  mengidentifikasi keunggulan serta kelemahan dari model pembelajaran group investigasi






BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Asumsi Model Group Investigation

Investigasi Kelompok adalah strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Abdussakir mengemukakan Investigasi Kelompok dikembangkan oleh Shlomo & Yael Sharon di Universitas Tel Aviv.

Metode ini menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Metode Investigasi Kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling komplek dan paling sulit dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif.

Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Metode Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

2.1.1Hakekat Model Pembelajaran

Secara khusus istilah “model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan sesuatu kegiatan.  Atas dasar tersebut, maka yang dimaksud dengan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Metode Group Investigation dipengaruhi oleh faktor-faktor yang kompleks, diantaranya:

v  Pembelajaran berpusat pada siswa

v  Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang

v  Siswa dilatih untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi.

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Talmagae dan Hart (dalam Soppeng, 1977) menyatakan bahwa investigasi diawali oleh soal-soal atau masalah-yang diberikan oleh guru, sedangkan kegiatan belajarnya cenderung terbuka, artinya tidak terstruktur secara ketat oleh guru. Siswa dapat memilih jalan yang cocok bagi mereka. Seperi halnya Height, mereka menyatakan pula bahwa karena mereka bekerja dan mendiskusikan hasil dengan rekannya, maka suasana investigasi ini akan merupakan satu hal yang sangat potensial dalam menunjang pengertian siswa

Model pembelajaran secara mendasar bukan semata-mata menyangkut kegiatan belajar guru  tetapi  justru lebih menitikberatkan kepada aktivitas murid. Sehingga hakekat model pembelajaran adalah membantu para pelajar memperoleh informasi, ide, ketrampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar. Belajar harus di maknai sebagai kegiatan pribadi siswa dalam menggunakan potensi pikiran dan nuraninya baik terstruktur maupun tidak terstruktur untuk memperoleh pengetahuan, membangun sikap dan memiliki ketrampilan tertentu, dalam sebuah situs tentang pembelajran huiit (2003), mengemukakan rasionalitas pengembangan model pembelajran. Model-model pembelajran di kembangkan utamanya karakteristik siswa. Karena siswa memiliki berbagai karakteristik kepribadian , kebiasaan , modalitas belajar yang bervariasiantara individu satu dengan yang lain, maka model pembelajaran guru juga harus selayaknya tidak terpaku hanya pada model tertentu akan tetapi arus bervariasi. Di samping di dasari pertimbangan keragaman siswa, pengembangan berbagai model pembelajaran juga dimaksudkan untuk menumbuhan dan meningkatkan motivasi belajar siswa, agar mereka tidak jenuh dengan proses belajar yang sedang berlangsung , itulah sebabnya maka di dalam menentukan model-model pembelajaran yang akan di kembangkan, guru harus memiliki pemahaman yang baik tentang siswa –siswanya , keragaman kemampuan, motivasi, minat dan karakteristik pribadi lainnya.



2.1.2. Pengertian Model Pembelajaran Group Investigation

Group investigation (Investigasi kelompok) dipelopori oleh Herbert Thelen yang merupakan model pembelajaran yang membimbing peserta didik kepada pemecahan masalah. Model pembelajaran ini merupakan metode pemecahan masalah divergen yang mengajak peserta didik untuk membudayakan berfikir ilmiah.

selain itu sudjana (1991:50) berpendapat : Investigasi kelompok dikembangkan oleh Herbert Thelen sebagai upaya untuk mengkombinasikan strategi mengajar yang berorientasi pada pengembangan proses pengkajian akademis. Model ini lebih menekankan pengembangan pemecahan masalah dalam suasana yang demokratis dimana pengetahuan tidak diajarkan secara langsung kepada peserta didik melainkan diperoleh melalui proses pemecahan masalah.

Menurut Height (dalam Krismanto, 2004), investigasi berkaitan dengan kegiatan mengobservasi secara rinci dan menilai secara sistematis. Jadi investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil Investigasi Kelompok adalah strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Abdussakir mengemukakan Investigasi Kelompok dikembangkan oleh Shlomo & Yael Sharon di Universitas Tel Aviv. Menurut Soedjadi (dalam Sutrisno, 1999 : 162), model belajar “investigasi” sebenarnya dapat dipandang sebagai model belajar “pemecahan masalah” atau model “penemuan”. Tetapi model belajar “investigasi” memiliki kemungkinan besar berhadapan dengan masalah yang divergen serta alternatif perluasan masalahnya.

Pada dasarnya model pembelajaran investigasi kelompok dapat dipandang sebagai model investigasi kelompok yang memiliki tiga konsep utama yaitu penyelidikan (inquiry), pengetahuan (Knowladge), dan dinamika kelompok belajar (Dinamic of learning group). inkuiri merupakan suatu cara belajar atau penelaahan sesuatu yang bersifat mencari secara kritis, analitis-argumentatif dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan, karena didukung oleh data, fakta, dan argumentasi. Knowledge merupakan suatu proses yang dilakukan oleh peserta didik secara terus menerus untuk mencoba berbagai macam cara dalam melihat suatu pengalaman. Dinamic of learning group merupakan suasana yang menggambarkan sekelompok individu yang saling berinteraksi mengenai suatu yang sengaja dilihat atau yang dikaji bersama melibatkan proses berbagai ide dan pendapat serta saling tukar pengalaman melalui proses saling berargumentasi. Kemudian peserta didik menganalisis unsur-unsur yang diperlukan, mengorganisasikannya, melaksanakan, dan melaporkan hasilnya.

2.1.3 Tujuan dan Ciri Khas Metode Group Investigation

2.1.3.1 Tujuan metode Group Investigation

Tujuan atau misi dari metode Group Investigation ini adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam rangka berpartisipasi dalam proses sosial demokratik dengan mengkombinasikan perhatian-perhatian pada kemampuan antar-personal (kelompok) dan kemampuan rasa ingin tau akademis. Aspek-aspek dari pengembangan diri merupakan hasil perkembangan yang utama dari metode ini (Sutikno, 2003: 27)

2.1.3.2 Ciri khas metode Group Investigation

1.      menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet.

2.      para siswa dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok.

3.      Keterlibatan siswa secara aktif dimulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

4.      Peran guru dalam group investigation adalah sebagai pembimbing,konsultan, dan memberi kritik yang membangun.



2.2 Sintak Model Group Investigasi

Model ini dimulai dengan menghadapi siswa dengan masalah merangsang. Konfrontasi dapat disajikan secara lisan, atau mungkin menjadi pengalaman yang sebenarnya; mungkin muncul secara alami, atau dapat diberikan oleh guru. Jika siswa bereaksi, guru menarik perhatian mereka untuk perbedaan reaksi mereka-.apa sikap yang mereka ambil, apa yang mereka pehive, bagaimana mereka mengatur segala sesuatu, dan 'apa yang mereka rasakan. Sebagai siswa menjadi tertarik pada perbedaan mereka dalam reaksi, guru menarik mereka ke arah perumusan dan penataan masalah sendiri. Selanjutnya, siswa menganalisis peran yang diperlukan, mengorganisir diri, bertindak, dan melaporkan hasil mereka. Akhirnya, kelompok ini mengevaluasi solusi dalam hal tujuan aslinya. Siklus berulang, baik dengan konfrontasi lain atau dengan masalah baru yang muncul dari investigasi itu sendiri

2.3 Sistem Sosial

Sistem sosial demokratis, diatur oleh keputusan yang dikembangkan dari, Atau setidaknya divalidasi oleh, pengalaman dari kelompok-dalam batas-batas dan dalam kaitannya dengan fenomena membingungkan yang diidentifikasi oleh guru sebagai objek belajar. Kegiatan kelompok muncul dengan jumlah minimal dari struktur eksternal yang diberikan oleh guru. Siswa dan guru memiliki status yang sama kecuali untuk perbedaan peran.Suasananya alasan oneof dan negosiasi





2.4  Langkah – langkah dalam Metode Group Investigation

Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen, (Trianto, 2007:59). Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang  telah dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas. Adapun langkah-langkahnya antara lain :

1)      Perencanaan

Dalam melakukan Metode Investigasi Kelompok melibatkan lima tahapan antara lain sebagai berikut:

a)      Menentukan tujuan

b)       Merencanakan pengumpulan informasi

c)       Membentuk kelompok

d)     Mendesain aktivitas kelompok

e)      Merencanakan aktivitas kelompok secara keseluruhan

2)      implementasi aktivitas

Berkaitan dengan implementasi metode Investigasi Kelompok, dalam proses belajar-mengajar, pengajar dan siswa yang belajar melakukan serangkaian langkah-langkah pokok.

Setidaknya ada enam langkah dalam implementasi Model Investigasi Kelompok, yakni:

a)      siswa dihadapkan pada situasi yang problematik

b)       siswa melakukan eksplorasi sebagai respon terhadap situasi yang problematis itu

c)       siswa dalam kelompok mengatur pembagian tugas dan merumuskan tujuan bersam

d)      siswa melakukan kegiatan individual dan kelompok

e)       siswa dalam kelompoknya mengkaji apakah situasi problematis yang dihadapi telah dapat dicarikan solusinya (Anggota kelompok mencek proses dan hasil investigasi kelompoknya dan melakukan tindak lanjut)

f)        secara kelompok atau individual siswa melakukan recycle aktivities (tindakan pengulangan)

3)   Tahap Penyelidikan (Investigation)/ Implementasi

a)    Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki. (misalnya siswa mencari sumber dari internet atau biology text book untuk menemukan ciri-ciri dari masing-masing classis pada filum porifera)

b)     Masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok

c)    Siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat (siswa mendiskusikan ciri-ciri logis yang membedakan tiap classis dan peranannya)



4)  Tahap Pengorganisasian (Organizing)/ Analisis dan Sintesis

a)    Anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam proyeknya masing-masing.

b)   Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya (misal mereka akan melaporkan, ciri-ciri classis pada filum porifera serta perananannya yang akan dipresentasikan melalui power point).

c)    Wakil dari masig-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi.

5)      Tahap Presentasi (Presenting)/ Penyajian Hasil Akhir

a)    Penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian (dilakukan oleh perwakilan kelompok yang bertugas menyajikan hasil investigasi)

b)    Kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar.

c)     Pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan.



6)        Tahap evaluasi (evaluating)

a)    Siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya, (misal, siswa merangkum dan mencatan setiap topik yang disajikan)

b)   Guru dan siswa mengkolaborasi,mengevaluasi tentang pembelajaran yang telak dilaksanakan.

c)     Penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman ( misalnya, guru mengevaluasi dengan memberikan tes uraian pada akhir siklus).



2.5 Penerapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok di Kelas

Dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model investigasi kelompok ini guru mula-mula memberikan informasi tentang tugas belajar yang harus dikerjakan. Guru yang menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok biasanya membagi kelasnya ke dalam kelompok-kelompok yang heterogen yang terdiri dari lima sampai enam anggota. Kedudukan guru dalam pembelajaran kooperatif bukanlah merupakan pusat pembelajaran , tetapi lebih sebagai fasilitator dan motivator. Dalam hal ini guru seyogianya membimbing dan mengarahkan kelompok melalui tiga tahap yaitu :

a.       Tahap Pemecahan Masalah

Dalam tahap ini guru membimbing siswa dalam hal proses menjawab pertanyaan, apa yang menjadi hakekat masalah, atau apa yang menjadi fokus masalah.

b.      Tahap Pengelolaan Kelas

Pada tahap ini guru menjawab pertanyaan, informasi apa saja yang diperlukan dan bagaimana mengorganisasikan kelompok untuk memperoleh informasi tersebut.

c.       Tahap Pemaknaan secara Perseorangan

pada tahap ini guru menjawab petanyaan yang berkenaan dengan proses pengkajian bagaimana kelompok menghayati kesimpulan yang dibuatnya, dan apa yang membedakan seseorang dengan yang lain sebagai hasil dari mengikuti proses tersebut.

Slavin (1995) dalam Siti Maesaroh (2005:28), mengemukakan hal penting untuk melakukan metode Group Investigation adalah:

1. Membutuhkan Kemampuan Kelompok.

Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar kelas.kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota

2. Rencana Kooperatif.

Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas.

3. Peran Guru.

Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.





2.6 langkah awal Memulai suatu Investigasi

Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Metode Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajar Dalam memulai pembelajaran dengan model pembelajaran investigasi kelompok, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru agar pembelajaran lebih baik.

Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat membantu guru untuk melaksanakan pendekatan investigasi di dalam kelas.

1)      Biasakan setiap mengajar untuk menghubungkan dengan berbagai strategi mengajar yang bervariasi.

2)       Jelaskan tentang tujuan pengajaran yang akan diberikan.

3)       Selalu memberikan dorongan, semangat dan rasa percaya diri pada setiap siswa, hal ini sangat perlu, mengingat kebanyakan siswa bersifat :

· kurang pemahaman terhadap suatu permasalahan

· selalu tergantung kepada apa yang diinstruksikan oleh guru

· sangat kurang semangat untuk memulai

· memberi jawaban yang hanya menerka

4)      Hendaknya memulai pendekatan investigasi dari permasalahan yang mudah dan sederhana.

5)      Selalu mendiskusikan jawaban-jawaban yang didapat oleh siswa, sehingga siswa yang satu dapat memahami dan menghargai pendapat siswa lain.



2.7. Peran Guru Dalam Pembelajaran Investigasi kelompok

Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran sangat berperan dalam mengkondisikan pembelajaran agar berjalan dengan lancar, akan tetapi ada batasan peran seorang agar pembelajaran investigasi kelompok berlangsung.

 Dalam pembelajaran investigasi kelompok seorang guru berperan untuk :

v  Memberikan informasi dan instruksi yang jelas

v   Memberikan bimbingan seperlunya dengan menggali pengetahuan siswa yang menunjang pada pemecahan masalah (bukan menunjukkan cara penyelesaiannya).

v  Memberikan dorongan sehingga siswa lebih termotivasi.

v  Menyiapkan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh siswa.

v  Memimpin diskusi pada pengambilan kesimpulan akhir.



2.8 Peranan Metode Pembelajaran Group  Investigation (GI)

2.8.1 Dalam   Meningkatkan Keaktifan Siswa.

a)      Pencapaian kompetensi merupakan pencerminan dari hasil yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran. Ada banyak faktor yang mempengaruhi tercapainya kompetensi siswa, salah satunya adalah faktor sekolah. Komponen yang termasuk dalam faktor sekolah adalah guru, kurikulum, proses pembelajaran dan siswa.

b)      Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBK) merupakan salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan, karena Kegiatan Belajar Mengajar menekankan pada kemampuan melakukan (kompetensi) terhadap tugas-tugas dengan standart tertentu sebagai hasilnya dapat dirasakan oleh setiap peserta didik berupa penguasaan seperangkat kompetensi tertentu yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari..

c)      Proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) diduga dapat meningkatkan peran serta siswa, sebab dalam pelaksanaannya siswa dilibatkan secara langsung, mulai dari perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara mempelajarinya melalui investigasi. Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skil). Dengan demikian siswa selau aktif dan selalu dilibatkan dalam proses pembelajaran sehingga tercipta  belajar bermakna dan siswa termotivasi untuk belajar, yang kemudian akan dapat meningakatkan kompetensi siswa

2.8.2 Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.

Model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) ini merupakan salah satu model pembelajaran yang mengupayakan seorang peserta didik mampu mengajarkan kepada peserta lain dan berusaha mengoptimalkan keseluruhan anggota kelas sebagai satu tim yang maju bersamaAsumsi dasar yang menyebabkan hasil belajar. Metode pembelajaran yang digunakan lebih didominasi oleh siswa-siswa yang memiliki pencapaian kompetensi belajar ekonomi relatif tinggi. Mereka lebih aktif dalam bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru. Sebaliknya siswa yang mempunyai pencapaian kompetensi belajar relatif rendah, mereka lebih pasif menerima pengetahuan dari guru tanpa berusaha untuk mencari informasi lebih mendalam.

Pelaksanaan metode pembelajaran kooperati Group Investigation (GI) akan dapat berhasil apabila ada kerjasama antara siswa yang dituntut untuk selalu aktif dan guru sebagai fasilitator yang memberi kemudahan dalam belajar. Guru  mempersiapkan strategi belajar yang selalu berpusat pada siswa, melakukan penlaian secara berkesinambungan dan menyeluruh didukung fasilitas sekolah yang lengkap dan sumber belajar yang diperlukan oleh siswa untuk membantu memahami materi  yang dipelajarinya. Proses pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit yang dapat mereka diskusikan dengan siswa yang lain. Siswa yang aktif dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) cenderung lebih aktif dalam bertanya dan menggali informasi dari guru maupun sumber belajar yang lain sehingga cenderung memiliki pencapaian hasil belajar yang lebih tinggi, sehingga proses pembelajaran dengan menggunakan metode GI diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

1.        Metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dapat meningkatkan keaktifan  siswa dalam proses pembelajaran dengan:

a.         Peran serta siswa dalam menjalankan invetigasi kelompok dan menyiapkan laporan akhir.

b.                  Keaktifan dalam presentasi hasil kerja kelompok.

c.         Melakukan tanya jawab untuk mengevaluasi kejelasan dari laporan setiap kelompok.

2.        Metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan:

a.         Pemahaman konsep siswa tentang materi yang digunakan dalam proses pembelajaran.

b.         Kolaborasi siswa dan guru untuk mengevaluasi proses belajar sehingga siswa mampu menguasai semua subtopik yang disajikan.

Enam Tahapan Kemajuan Siswa di dalam Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Group Investigation

Tahap I
Mengidentifikasi topik dan membagi siswa ke dalam kelompok.
Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberi kontribusi apa yang akan mereka selidiki. Kelompok dibentuk berdasarkan heterogenitas.
Tahap II
Merencanakan tugas.
Kelompok akan membagi sub topik kepada seluruh anggota. Kemudian membuat perencanaan dari masalah yang akan diteliti, bagaimana proses dan sumber apa yang akan dipakai.
Tahap III
Membuat penyelidikan.
Siswa mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian mereka ke dalam pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah kelompok.
Tahap IV
Mempersiapkan tugas akhir.
Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir yang akan dipresentasikan di depan kelas.
Tahap V
Mempresentasikan tugas akhir.
Siswa mempresentasikan hasil kerjanya. Kelompok lain tetap mengikuti.
Tahap VI
Evaluasi.
Soal ulangan mencakup seluruh topik yang telah diselidiki dan dipresentasikan.



2.9 Keunggulan dan kelemahan metode investigasi kelompok

2.9.1 keunggulan

·         Kegiatan belajar berfokus pada siswa sehingga pengetahuannya benar-benar diserap dengan baik

·         Meningkatkan keterampilan sosial dimana siswa dilatih untuk bekerja sama dengan siswa lain

·         Meningkatkan pengembangan softskills (kritis, komunikasi, kreatif) dan group process skill (managemen kelompok)

·         Menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah

·         Mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan

·         Mampu  menumbuhkan sikap saling menghargai, saling menguntungkan, memperkuat ikatan social, tumbuh sikap untuk lebih mengenal kemampuan diri sendiri, bertanggung jawab dan merasa berguna untuk orang lain

·         Dapat mengembangkan kemampuan professional guru dalam mengembangkan pikiran kreatif dan inovatif

2.9.2        Kelemahan

·      Memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit

·      guru harus mendampingi siswa secara penuh agar mendapatkan hasil yang diinginkan. Karena siswa bekerja secara kelompok dari tahap perencanaan sampai investigasi untuk menemukan hasil jadi metode ini sangat komplek

·      Pendekatan ini mengutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa kegiatan mengobservasi secara rinci dan menilai secara sistematis, sehingga tujuan tidak akan tercapai pada siswa yang tidak turut aktif

·      Memerlukan waktu belajar relatif lebih lama

·      Diperlukan waktu untuk penyesuaian sehingga suasana kelas menjadi mudah ribut

·      Menuntut kesiapan guru untuk menyiapkan materi atau topik investigasi secara keseluruhan. Sehingga akan sulit terlaksana bagi guru yang kurang kesiapannya













BAB III

PENUTUP



3.1 Kesimpulan

bahwa model investigasi kelompok ini lebih menekankan kepada kerjasama peserta didik dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok dalam kebanyakan penerapan model ini siswa diorganisir ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari dua atau 3 orang , karena dengan jumlah yang kecil interaksi di antara sesama anggota akan lebih intensif. Disamping itu dengan jumlah yan tidak terlalu besar akan lebih mudah mengatur kegiatan, termasuk dalam menyepakatkan waktu untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan kelompok. Disamping pentingnya perolehan pengetahuan dan pengalaman menurutnya adalah nilai-nilai penting yang menyertai tugas-tigas ini, yaitu melalui kelompok kerja sama ini peserta didik akan belajar bagaimana bekerja dengan teman lain atau seluruh siswa dikelas dalam bebagai variasi tugas.

Dalam kajian mendalam tentang model investigasi kelompok ini, joyce dan weil (2000:53), menyimpulkan bahwa model investigasi kelompok memiliki kelebihan dan komprehensivitas, dimana model ini memadukan penelitian akademik, integrasi sosial, dan proses belajar sosial. Model ini juga dapat dipergunakan dalam segala areal subjek, dengan seluruh tingkatan usia



3.2 Saran

Dengan ini penulis berharap hasil pembahasan ini dapat bermanfaat dan member wawasan yang luas tentang model ilmiah inkuiri dan pelatihan inkuiri bagi pembaca. Dan juga dapat bermanfaat bagi kebanyakan orang agar dapat diterapkan serta dikembangkan sebagaimana semestinya.











DAFTAR PUSTAKA



§  Kusdaryani, Wiwik dan Trimo. 2009. Landasan Pendidikan. Semarang: IKIP PGRI Semarang Press.

§  Bruce Joyce, Marsha Weil & Emily Calhoun, 2009. Model of Teaching , eight edition. Boston :Allyn & Bacon.

§  Depdiknas. (1998/1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti.