1.1 Latar Belakang
Dalam
kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel pokok yang saling
berkaitan yaitu kurikulum pendidik, pembelajaran, peserta. Dimana semua
komponen ini bertujuan untuk kepentingan peserta. Berdasarkan hal tersebut
pendidik dituntut harus mampu menggunakan berbagai model pembelajaran agar
peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar. Hal ini dilatar belakangi bahwa
peserta didik bukan hanya sebagai objek tetapi juga merupakan subjek dalam
pembelajaran. Peserta didik harus disiapkan sejak awal untuk mampu
bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga berbagai jenis model pembelajaran yang
dapat digunakan oleh pendidik. Proses pembelajaran ialah proses belajar mengajar
(PBM) atau proses komunikasi dan kerjasama antara pendidik dan peserta didik dalam
mencapai sasaran dan tujuan pendidikan-pengajaran. Pembelajaran juga merupakan
proses pengembangan sikap dan kepribadian peserta didik melalui berbagai tahap
dan pengalaman. Proses pembelajaran ini berlangsung melalui berbagai metode dan
multi-media sebagai cara dan alat menjelaskan, menganalisis, menyimpulkan,
mengembangkan, menilai dan menguasai (memakai: mengamalkan/aplikasi) pokok
bahasan (thema) sebagai perwujudan pencapaian sasaran (tujuan).Model-model
pembelajaran sosial merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan di
kelas dengan melibatkan peserta didik secara penuh (student center) sehingga
peserta didik memperoleh pengalaman dalam menuju kedewasaan, peserta didik dapat
melatih kemandirian, peserta didik dapat belajar dari lingkungan kehidupannya.Untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran – di samping
juga menyelaraskan dan menyerasikan proses pembelajaran dengan
pandangan-pandangan dan temuan-temuan baru di pelbagai bidang – falsafah dan
metodologi pembelajaran senantiasa dimutakhirkan, diperbaharui, dan
dikembangkan oleh berbagai kalangan khususnya kalangan
pendidikan-pengajaran-pembelajaran. Oleh karena itu, falsafah dan metodologi
pembelajaran silih berganti dipertimbangkan, digunakan atau diterapkan dalam
proses pembelajaran dan pengajaran Metode belajar-mengajar adalah bagian utuh (terpadu,
integral) dari proses pendidikan-pengajaran. Metode ialah cara pendidik dalam
menjelaskan suatu pokok bahsan (thema, pokok masalah) sebagai bagian kurikulum
(isi, materi pengajaran), dalam upaya mencapai sasaran dan tujuan pengajaran
(tujuan institusional, tujuan pembelajaran umum dan khusus). Proses
pembelajaran, atau PBM sebagai kerjasama pendidik dan peserta didik, secara
psiko-pedagogis mengutamakan oto-aktivitas peserta didik (kemandirian, KBS)
sebagai bekal pendewasaan diri mengembangkan kemampuan dan penguasaan bidang
pengetahuan (bidang studi, mata pelajaran). Artinya, dalam PBM peran pendidik
lebih bersifat tut-wuri handayani, berjalan bersama (bekerjasama, komunikasi,
dialog dan hubungan akrab) pendidik dan peserta didik ialah suasana pembelajaran
di dalam dan di luar kelas
PBM dan
kerjasama pendidik-peserta didik mencapai sasaran dan tujuan belajar, ialah
melalui cara atu metode. Jadi, alasan atau nalar guru memilih/menetapkan suatu
metode dalam PBM (proses intruksional) ialah:
1) metode
ini seseuai dengan pokok bahasan, dalam makna lebih menjadi mencapai sasaran
dan tujuan instruksional
2) metode
ini menjadi kegiatan siswa dalam belajar (KBS, kemandirian) dan meningkatkan
motivasi atau semangat belajar
3) metode
ini memperjelas dasar, kerangka, isi dan tujuan dari pokok bahasan, sehingga
pemahaman siswa makin jelas
4) metode
dipilih guru dengan asas di atas berdasarkan pertimbangan praktis, rasional
dikuatkan oleh kiat dan pengalaman guru mengajar
5) metode
yang berdayaguna, belum tentu tunggal, jadi suatu metode dapat digunakan secara
kombinasi (sintesis terpadu) dan dilengkapi dengan media tertentu, bahkan
multi-media. Dasar pertimbangan ialah sasaran dan tujuan pendidikan pengajaran.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang penyusun angkat dalam makalah ini meliputi :
1. Apa yang dimaksud metode pembelajaran ?
2. Metode-metode seperti apa yang bisa
digunakan dalam pembelajaran ?
3. Bagaimana penerapan metode diskusi dalam
sebuah pembelajaran ?
4. Apa saja langkah-langkah pelaksanaan
diskusi ?
5. Bagaimana peran sorang pendidik sebagai
pemimpin dalam diskusi?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan tentang definisi dari metode
pembelajaran
2. Menguraikan beberapa metode yang dapat
digunakan dalam sebuah pembelajaran
3. Menjelaskan penerapan metode diskusi dalam
proses pembelajaran
4. Menguraikan langkah-langkag pelaksanaan
metode diskusi
5. Mengetahui peran seorang pendidik sebagai
pemimpin diskusi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Metode Pembelajaran
Metode merupakan
suatu upaya untuk mengimplementasikan rencana-rencana yang telah disusun dalam
kegiatan nyata supaya tujuan tersebut dapat dicapai secara optimal. Metode
dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting yaitu
keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara
guru menggunakan metode pembelajaran. Metode pembelajaran dapat
diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk
melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari
pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu
kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan
pengajaran tercapai. Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah
dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode
mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.Pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilakau kearah yang
lebih baik. metode pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan
oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai
tujuan. Benny A. Pribadi (2009: 11) menyatakan, “tujuan proses pembelajaran
adalah agar siswa dapat mencapai kompetensi seperti yang diharapkan. Untuk
mencapai tujuan proses pembelajaran perlu dirancang secara sistematik dan
sistemik”. Banyak metode yang digunakan seorang guru dalam pembelajaran passing
bawah bolavoli, antara lain dengan menggunakan metode pembelajaran inovatif dan
konvensional.
2.2 Metode-Metode Pembelajaran
Ada beberapa metode pembelajaran yang tentunya
bisa digunakan dan dipraktekkan secara langsung dalam sebuah proses
pembelajaran diantaranya metode ceramah,
metode demonstransi, metode diskusi, metode simulasi, metode pemberian tugas,
metode tanya jawab, metode kerja kelompok, metode problem solving, metode
eksperimen dan metode observasi.
2.2.1
Metode ceramah
. ceramah menurut bahasa berasal dari kata lego (bahasa latin) yang
diartikan secara umum dengan “mengajar” sebagai akibat guru menyampaikan
pelajaran dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan menggunakan
buku kemudian menjadi lecture method atau metode
ceramah. Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan
informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah peserta didik yang pada
umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat
dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan
informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan
yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan pahamseorang peserta didik.
Metode
ini merupakan suatu metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap
pendidik. Hal ini dikarenakan adanya faktor kebiasaan baik dari pendidik maupun
dari peserta didik itu sendiri. Seorang
pendidik biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan
pembelajaran tidak melalukan ceramah. Demikian juga dengan peserta didiknya
mereka akan belajar manakala ada seorang pendidik yang memberikan materi
pembelajaran melalui ceramah sehingga ada pendidik yang memberikan ceramah
berarti ada proses belajar dan dan tidak ada pendidik berarti tidak belajar.
Kelebihan dari metode ceramah meliputi :
a) Ceramah merupakan metode yang mudah dan
murah untuk dilakukan. Murah disini dalam artian proses ceramah tidak
memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap seperti metode demonstrasi atau peragaan. Sedangkan
mudah disini hanya bermodalkan suara sehingga tidak membutuhkan persiapan yang
rumit
b) Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran
yang luas.
c) Cermah dapat memberikan pokok-pokok materi
yang perlu ditonjolkan. Artinya, pendidik dapat mengatur pokok-pokok materi
yang musti ditekankan sesuai dengan kebutuhan
d) Melalui ceramah, pendidik dapat mengontrol
keadaan kelas karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab seorang pendidik
yang memberikan ceramah
Disamping kelebihan, metode ceramah ini juga
memiliki kelemahan yaitu :
a)
Materi yang
dikuasai peserta didik sebagai hasil ceramah akan terbatas pada apa yang
dikuasai oleh pendidik.
b)
Ceramah yang
tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme
c)
Ceramah
sering dianggap metode yang membosankan apabila pendidik tersebut kurang
memiliki kemampuan berbicara yang baik
d)
Sangat sulit
bagi seorang pendidik dalam memberikan penilaian terhadap peserta didiknya dalam hal pemahaman.
2.2.2
Metode demonstrasi
Metode
demonstrasi merupakan metode penyajian pengajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses , situasi atau benda tertentu
baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan . Sebagai metode penyajian,
demonstrasi tentu tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru.
Walaupun dalam proses demonstrasi, perran siswa hanya sekedar memperhatikan
akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih kongkret dalam
strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan
strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.Demonstrasi merupakan metode yang
sangat efektif sebab membantu peserta didik untuk mencari jawaban dengan usaha
sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Alasan penggunaan metode
demonstrasi ini adalah Hasil belajar yang akan diperoleh khususnya aspek
psikomotorik lebih mudah dicapai dengan melibatkan siswa secara aktif melalui
kegiatan peragaan
Langkah-langkah
menggunakan metode demonstrasi meliputi:
1)
Tahap
persiapan
a.
Rumuskan
tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik setelah proses demonstrasi
berakhir
b.
Persiapkan
garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan
c.
Lakukan
uji coba demonstrasi
2)
Tahap
pelaksanaan
a.
Aturlah
tempat duduk yang memungkinkan semua peserta didik dapat memperhatikan dengan
jelas apa yang didemonstrasikan
b.
Kemukakan
tujuan apa yang harus dicapai oleh peserta didik
c.
Mulailah
demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berfikir
misalnya melalui pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong
peserta didik untuk tertarik memperhatikan demonstrasi
d.
Ciptakan
suasana yang nyaman dengan menghindari suasana yang menegnangkan
3)
Tahap
penutupan
Apabila demonstrasi selesai, proses pembelajar perlu diakhiri dengan
memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan
demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran.
Sebagai suatu
metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa kelebihaan
a)
Melalui
metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari sebab peserta
didik disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan
b)
Proses
pembelajaran akan lebih menarik sebab peserta didik tidak hanya mendengar
tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi
c)
Peserta
didik akan memiliki kesempatan untuk membndingkan antara teori dan kenyataan
dengan cara pengamatan secara langsung.
Metode demonstrasi ini juga memiliki kelemahan meliputi
:
a) Metode demonstrasi memerlukan persiapan
yang lebih matang. Itu dikarenakan tanpa persiapan yang memadai demonstrasi
bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidaak efektif lagi.
b) Demonstrasi memerlukan peralatan,
bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini
memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah
c) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan
keterampilan pendidik yang khusus
sehingga pendidik dituntut untuk bekerja lebih profesional. .
2.2.3
Metode simulasi
Simulasi berasal
dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai
metode pembelajaran, simulasi dapat diartikan sebagai suatu cara penyajian
pengalaman belajar denga menggunakan situasi tiruan untuk lebih memahami
tentang suatu konsep , prinsip , maupun keterampilan tertentu. Simulasi dapat
digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran
dapat dilakukan secara langsung pada objek yag sebenarnya.
Metode
simulasi bertujuan untuk a) melatih keterampilan tertentu baik itu bersifat
profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari . b) memperoleh pemahaman tentang
suatu konsep ata prinsip . c) melatih memeccahkan permasalahan yang ada. d)
meningkatkan keaktifan belajar. e) memberikan motivasi belajar kepada peserta
didik f) melatih peserta didik untuk mengadakan kerjasama dalam situasi
kelompok. g) melatih peserta didik dalam mengembangkan sikap toleransi.
Terdapat kelebihan –kelebihan dengan
menggunakan metode simulasi sebagai metode mengajar diantaranya :
1) Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal
bagipeserta didik dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak. Baik dalam
kehidupan keluarga, masyarakat, maupun dunia kerja.
2) Simulasi dapat mengembangkan kereativitas
peserta didik karena melalui simulasi, peserta didik diberi kesempatan untuk
memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan.
3) Simulasi dapat menumbuhkan keberanian dan
percaya diri peserta didik.
4) Memperkaya pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang
problematis.
Disamping memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan diantaranya
:
1) Pengalaman yang diperoleh dari simulasi
biasanya tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan dilapangan .
2) Pengelolaan yang kurang baik sering
distimulasi dan dijadikan alat hiburan sehingga tujuan pembelajaran terabaikan.
3) Faktor psikologis seperti rasa malu dan
takut sering mempengaruhi peserta didik dalam melakukan simulasi.
Simulasi terdiri dari beberapa jenis yaitu :
a. Sosiodrama
Sosiodrama
merupakan metode pembelajaran bermain peran untuk memcahkan masalah-masalah
yang berkaitan denggan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubunggan
antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkobagambarab keluarga,
narkoba, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman
dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan
peserta didik dalam pemecahannya.
b. Psikodrama
Psikodrama
merupakan metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari
permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodrama biasanya digunakan untuk
terapi yaitu supaya peserta didik memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang
dirinya dalam menemukan kosep diri dan menyatakan reaksi terhadap
tekanan-tekanan yang ada didalamnya.
c. Role playing
Role
playing atau bermain peran merupakan metode pembelajaran sebagai bagian dari
simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, peristiwa-peristiwa
aktual, ataupun kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang.
d. Peer teaching
Peer teaching
merupakan latihan mengajar yang dilakukan oleh peserta didik kepada teman-teman
calon guru. Selain itu, peer teaching juga merupakan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan seorang peserta didik kepada peserta didik lainnya yang salah satunya
lebih memehami materi yang ada.
e. Simulasi game
Simulasi
game disini diartikan sebagai bermain peranan. Para peserta didi berkompetisi
untuk mencapai tujuan tertentu melalui permainan dengan mematuhi peraturan yang
telah ditentukan sebelumnya.
2.2.4
Metode pemberian tugas
Metode
pemberian tugas adalah cara dalam proses belajar mengajar dengan jalan memberi
tugas kepada siswa. Tugas-tugas itu dapat berupa mengikhtisarkan karangan,
(dari surat kabar, majalah atau buku bacaan) membuat kliping, mengumpulkan
gambar, perangko, dan dapat pula menyusun karangan. Metode pemberian tugas,
dianjurkan antara lain untuk mendukung metode ceramah, inkuiri, VCT. Penggunaan
metode ini memerlukan pemberian tugas dengan baik, baik ruang lingkup maupun
bahannya. Pelaksanaannya dapat diberikan secara individual maupun kelompok.Biasanya guru memberikan tugas itu
sebagai pekerjaan rumah. Akan tetapi sebenarnya ada perbedaan antara pekerjaan
rumah dan pemberian tugas seperti halnya yang dikemukakan : Roestiyah dalam
bukunya “Didaktik Metodik” yang mengatakan : “ Untuk pekerjaan rumah, pendidik
menyuruh membaca dari buku dirumah, dua hari lagi memberikan pertanyaan
dikelas. Tetapi dalam pemberian tugas pendidik menyuruh membaca juga menambah
tugas (1),cari buku lain untuk membedakan(2), pelajari keadaan
orangnya”(roestiyah, 1996 : 75 ). Dalam buku lainnya yang berjudul Startegi
Belajar Mengajar hal.132, Roestiyah mengatakan teknik pemberian tugas
memiliki tujuan agar peserta didik menghasilkan hasil belajar yang lebih
mantap, karena peserta didik melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas,
sehingga pengalaman peserta didik dalam mempelajari sesuatu menjadi lebih
terintegrasi. Penggunaan
metode pemberian tugas bertujuan untuk menumbuhkan proses pembelajaran yang
eksploratif, mendorong perilaku kreatif, membiasakan berpikir komprehensif dan
memupuk kemandirian dalam proses pembelajaran.
Dalam pelaksanaannya, metode
pemberian tugas ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya
1)
Dapat
menumbuhkan rasa percaya diri bagi pesrta didik.
2)
Membina
kebiasaan peserta didik untuk mencari, mengolah, menginformasikan dan
mengkomunikasikan sendiri.
3)
Mendorong
kegiatan belajar yang tidak membosankan.
4)
Membina
tanggung jawab dan disiplin peserta didik.
5)
Mengembangkan
kreativitas, pola pikir, dan keterampilan peserta didik.
Adapun kelemahan metode ini meliputi :
1) Tugas tersebut sulit dikontrol oleh pendidik.
2) Pemberian tugas terlalu sering dan banyak
akan dapat menimbulkan keluhan siswa.
3) Dapat menimbulkan kebosanan apabila tugas
yang diberikan monoton.
Beberapa jenis-jenis tugas yang dapat diberikan
kepada peserta didik yang dapat membantu berlangsungnya proses belajar
mengajar:
a)
Tugas
membuat rangkuman
b)
Tugas
membuat makalah
c)
Tugas
mengadakan observasi
d)
Tugas
dalam menyelesaikan soal
2.2.5
Metode tanya jawab
Metode tanya
jawab ini merupakan metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi
langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog
antar prndidik dan peserta didik . tanya jawab adalah suatu cara
untuk emnyajikan bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus
dijawab oleh siswa atau sebaliknya (pertanyaan dari siswa yang harus dijawab
oleh guru) baik secara lisan atau tertulis. Pertanyaan yang diajukan mengenai
isi pelajaran yang sedang diajarkan pendidik atau pertanyaan yang lebih luas, asal berkaitan dengan pelajaran atau
pengalaman yang dihayati. Melalui dengan tanya jawab akan memperluas dan
memperdalam pelajaran tersebut Metode tanya jawab adalah suatu cara mengelola
pembelajaran dengan mengahasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan peserta didik memahami materi
tersebut. Metoda Tanya Jawab akan menjadi efektif bila materi yang menjadi
topik bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi..
Metode tanya
jawab digunakan dengan tujuan untuk mengetahui penguasaan bahan pelajaran
melalui ingatan dan pengungkapan perasaan serta sikap siswa tentang fakta yang
dipelajari, didengar atau dibaca , mengetahui jalan berpikir siswa secara
sistematis dan logis dalam memecahkan masalah . Memberikan tekanan perhatian
pada bagian-bagian pelajaran yang dipandang penting serta mampu menyimpulkan
dan mengikutsertakan pelajaran sehingga mencapai perumusan yang baik dan tepat,Memperkuat
lagi kaitan antara suatu pertanyaan dengan jawabannya sehingga dapat membantu
tumbuhnya perhatian peserta didik pada pelajaran dan mengembangkan kemampuannya
untuk menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya dan Membiasakan
siswa mengenal bentuk dan jenis pertanyaan serta jawabannya yang benar dan
tepat.
Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam metode ini .
1) Tujuan yang akan dicapai
a) Untuk mengetahui sampai sejauh mana materi
pelajaran yang telah dikuasai oleh peserta didik
b) Untuk merangsang peserta didik dalam
berfikir
c) Memberi kesempata pada peserta didik untuk
mengajukan masalah yang belum dipahami.
2) Jenis pertanyaan
a) Pertanyaan ingatan, dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana daya ingat peserta didik. Biasanya pertanyaan berpangkal
pada apa, kapan, dimana, berapa, dan sejenisnya.
b) Pertanyaan pikiran, dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana cara berpikir peserta didik dalam menanggapi suatu
persoalan. Biasanya dimulai dengan mengapa, bagaimana.
3) Tehnik mengajukan pertanyaan
Berhasil atau tidaknya metode tanya jawab
sangat bergantung kepada tehnik pendidik dalam mengajukan pertanyaan. Metode
ini digunakan apabila seorang pendidik bermaksud mengulang bahan pelajaran,
ingin membangkitkan peserta didik belajar, sebagai selingan metode ceramah.
2.2.6
Metode kerja kelompok
Metode kerja
kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung pengertian bahwa siswa
dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun
dibagi atas kelompok kecil (sub-suub kelompok). Jika dilihat dari proses
kerjanya , maka kelompok dibedakan menjadi 2 macam yaitu kelompok jangka pendek
dan kelompok jangka panjang Sebaiknya
kelompok menggambaran yang heterogen baik dari segi kemampuan maupun jenis
kelamin.
Kelombok bisa dibuat berdasarkan :
a)
Perbedaan
individual dalam kemampuan belajar terutama bila kelas itu sifatnya heterogen
dalam belajar
b)
Perbedaan
minat belajar yaitu dibuat kelompok yang terdiri atas peserta didik yang punya
minat yang sama
c)
Pengeloompokan
berdasarkan atas dasar wilayah tempat tinggal dimana peserta didik yang tinggal
dalam suatu wilayah dikelompokkan menjadi satu kelompok supaya memudahkan
koordinasi kerja
d) Pengelompokan secara random atau dilotre,
tidak melihat faktor-faktor lain
Untuk mencapai hasil yang baik,
maka faktor yang harus diperhatikan dalam kerja kelompok adalah:
a) Perlu adanya dorongan yang kuat untuk
bekerja pada setiap anggota
b) Pemecahan masalah dapat dipandang sebagai
masalah bersama hal inni bergantung kepada kompleks tidaknya masalah yang akan
dipecahkan
c) Persaingan yang sehat antar kelompok
biasanya mendorong peserta didik lain untuk belajar
d) Situasi yang menyenangkan antar anggota
banyak menentukan berhasil tidaknya kerja kelompok
2.2.7
Metode problem solving
Metode
problem soving atau yang sering dikenal sebagai metode pemecahan masalah bukan
hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir,
sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai
dengan mencari data sampai kepada menarik sebuah kesimpulan. Problem
solving Adalah suatu metode atau cara penyajian pelajaran dengan cara peserta
didik dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan atau diselesaikan,
baik secara individual atau secara kelompok Pada metode ini titik berat
diletakkan pada pemecahan masalah secara rasional, logis, benar dan tepat,
tekanannya pada proses pemecahan masalah dengan penentuan alternatif yang
berguna saja Metode ini baik untuk melatih kesanggupan peserta didik dalam
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupannya, mengingat tidak
ada manusia yang dapat terlepas dari kesulitan atau masalah yang harus
diselesaikan secara rasional
Manfaat yang
diperoleh dari penggunaan metode problem solving (pemecahan masalah) antara
lain mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah
serta mengambil keputusan secara obyektif dan rasional, Mengembangkan kemampuan
berpikir kritis, logis dan analitis.
Langkah-langkah
metode problem solving
a)
Ada masalah
yang jelas untuk dipecahkan dan masalah ini harus tumbuh dari siswaitu sendiri
sesuai dengan kemampuannya.
b)
Mencari data
atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah itu sendiri.
c)
Menetapkan
jawaban sementara dari masalah tersebut.
d)
Menguji
kenenaran jawaban sementara
e)
Menarik
kesimpulan
2.2.8
Metode eksperimen
metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains,
karena metode eksprimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat
mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Peserta didik diberi kesempatan untuk
menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat
diaplikasikan dalam kehidupannya. Peserta
didik belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya.
Dengan demikian, peserta didik akan
menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama
pembelajaran. Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82)
meliputi tahap-tahap sebagai berikut : (1) percobaan awal, pembelajaran diawali
dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan peendidik atau dengan mengamati fenomena
alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. (2) pengamatan, merupakan
kegiatan peserta didik saat pendidik melakukan percobaan. Peserta didik diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa
tersebut. (3) hipoteis awal, peserta
didik dapat merumuskan
hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya. (4) verifikasi , kegiatan
untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan
dilakukan melalui kerja kelompok. Peserta
didik diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan,
selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. (5) aplikasi konsep , setelah peserta didik merumuskan dan
menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan
pemantapan konsep yang telah dipelajari. (6) evaluasi, merupakan kegiatan akhir
setelah selesai satu konsep.
Kelebihan metode eksperimen : (a)
Membuat peserta didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan
percobaannya. (b) dalam membina peserta didik untuk membuat terobosan-terobosan
baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan
manusia. (c) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk
kemakmuran umat manusia.
Kekurangan metode eksperimen
meliputi : (a) Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi.
(b) metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak
selalu mudah diperoleh dan kadangkala mahal. (c) Metode ini menuntut
ketelitian, keuletan dan ketabahan. (d) Setiap percobaan tidak selalu
memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada factor-faktor tertentu yang
berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian
2.2.9
Metode Observasi
Observasi
ialah metode atau cara-cara menganalisa dan mengadakan secara sistematis
mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok
secara langsung. Cara atau metode ini ditandai pada umumnya dengan pengamatan
apa yang benar-benar dilakukan oleh individu dan membuat pencatatan-pencatatan
secara obyektif mengenai apa yang diamati Secara garis besar metode observasi
dapat dibagi menjadi dua, yaitu:a) Structured
orm controller observation (observasi yang direncanakan, atu tes kontrol). b)
Strukctures or informal observation (observasi informal atau tidak direncanakan
lebih dahulu) Pada observasi yang direncakan, biasanya pengamat menggunakan
blangko-blangko daftar isian yang telah disusun dan didalamnya telah
dicantumkan aspek-aspek atau gejala-gejala apa saja yang perlu diperhatikan pada
waktu pengamatan dilakukan. Sedangkan pada observasi yang tidak direncanakan
pada umumnya pengamat belum atau tidak mengetahui sebelumnya apa sebenarnya
yang harus dicatat dalam pengamatan itu. Aspek-aspek atau peristiwanya tidak
terduga sebelumnya . Metode observasi sebagai cara belajar mengajar dipandang efektif dalam
kegiatan belajar mengajar.
Hal ini didasari pemikiran bahwa dalam metode
observasi ada beberapa hal yang mendukung keberhasilan belajar mengajar,
karena:
1) melatih
siswa untuk peka terhadap peristiwa atau gejala yang tejadi dalam lingkungannya
2) metode
observasi dapat mencatat data atau gejala-gejala yang terjadi, maka dapat
digunakan untuk melatih siswa dalam mengadakan evaluasi. Tentunya peristiwa
atau gejala-gejala yang dicatat akan dipadukan dengan pengetahuan yang
diperoleh di dalam kelas
3) melatih
siswa untuk mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan nilai-nilai moral yang
diperoleh di kelas
4)
memperluas cakrawala siswa mengenai nilai-nilai moral atau ilmu pengetahuan
yang diperoleh di dalam kelas dipadukan dengan kenyataan.
2.2.10
Metode diskusi
Metode
diskusi merupakan metode pembelajaran yang tujuan utamanya untuk memecahkan
suatu permasalahan ,menjawab pertanyaan, menmbah dan memahami pengetahuanpeserta
didik , serta untuk membuat suatu keputusan (killen,1998 sebenarnya diskusi ini
bukanlah sebagai ajang debat yang bersifat mengadu argumentasi melainkan
diskusi sebenarnya lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan
keputusan tertentu secara bersama-sama. Metode diskusi adalah suatu penyajian bahan pelajaran
dengan cara peserta didik membahas, dengan bertukar pendapat mengenai topik
atau masalah tertentu untuk memperoleh suatu pengertian bersama yang lebih
jelas dan teliti tentang topik/sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan
merampungkan keputusan bersama
Ada beberapa macam jenis diskusi yang digunakan dalam proses pembelajaran
yaitu diskusi kelas, diskusi kelompok kecil, simposium, dan diskusi panel.
a. Diskusi kelas
Diskusi
kelas merupakan proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota
kelas sebagai peserta diskusi. Prosedur yang digunakan dalam diskusi kelas ini
meliputi : 1) pendidik membagitugas sebagai pelaksanaan diskusi misalnya siapa
yang menjadi moderator, notulen.
2)
memaparkan masalah yang harus dipecahkan . 3) speserta didik diberi kesempatan
untuk menanggapi permasalahan setelah mendaftar pada moderator. 4) pemateri
menanggapi setiap pertanyaan dari audiens 5) penyimpulan hasil diskusi yang
dilakukan oleh moderator.
b. Diskusi kelompok kecil
Diskusi
kelompok kecil dilakukan dengan membagi peserta didik dalam kelompok-kelompok
yang terdiri dari 3-5 orang kemudian pendidik memulai dengan menyajikan
permasalahan secara umum dan selanjutnya permasalahan tersebut dibagi-bagi
kedalam submasalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Setelah
selesai, ketua kelompok menyampaikan hasil diskusinya didepan kelas.
c. Simposium
Simposium
adalah suatu metode mengajar dangan membahas suatu persoalan dipandang dari
berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan untuk
memberikan wawasan yang luas kepada peserta didik. Setelah ara penyaji
memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka simposium diakhiri
dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim pengurus yang telah ditentukan
sebelumnya.
d. Diskusi panel
Diskusi
panel dapat diartikan sebagai pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh
beberapa ornag panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang dihadapan audiens.
Diskusi panel ini berbeda dengan diskusi lainnya seperti diskusi kelas maupun
simposium. Dalam diskusi panel,audiens tidak terlibat secara lansung dan hanya
berperan sebagai peninjau para panelis yang sedang melakukan diskusi. Oleh
karena itu, agar diskusi panel lebih efektif perlu digabungkan dengan metode
lain misalnya dengan metode penugasn. Dalam hal ini para audiens (peserta
didik) diminta untuk merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi yang sedang
berjalan
2.3 Metode Diskusi dan Penerapannya
Metode
diskusi mungkin bukan satu-satunya yang sering digunakan dalam proses
pembelajaran khususnya dilingkungan perkuliahan. Metode lain juga dipakai namun
melihat fakta yang ada rata-rata dosen lebih memilih metode ini sebagai metode
pembelajarannya. Pembelajaranyang menggunakan metode diskusi merupakan
pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1997:251). Sering
kali peserta didik saling menanggapijawaban temannya atau berkomentar terhadap
jawaban yang diberikan. Sehingga melalui metode diskusi maka keaktifan siswa
sangat tinggi.keunggulan metode diskusi terletak pada efektivitasnya untuk
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tingkat tinggi dan tujuan pembelajaran
ranah afektif (Davies, 1984: 239). Karena itu, ada tiga macam tujuan
pembelajaran yang cocok melalui penggunaan metode diskusi:(1) penguasaan bahan
pelajaran, (2) pembentukkan dan modifikasi sikap, serta (3) pemecahan masalah
(Gall dan Gall, dalam Depdikbud, 1983:28). Diskusi sebagai metode mengajar
lebih cocok dan diperlukan apabila seorang pendidik hendak memberi kesempatan
kepada peserta didiknya untuk mengekspresikan kemampuannya, berpikir kritis,
menilai perannya dalam diskusi, memandang masalah dari pengalaman sendiri dan
pelajaran yang diperoleh di sekolah, memotivasi, dan mengkaji lebih lanjut.
Melalui diskusi dapat dikembangkan keterampilan mengklarifikasi,
mengklasifikasi, menyusun hipotesis, menginterpretasi, menarik kesimpulan,
mengaplikasikan teori, dan mengkomunikasikan pendapat. Disamping itu, metode
diskusi dapat melatih sikap anak menghargai pendapat orang lain, melatih
keberanian untuk mengutarakan pendapat, mempertahankan pendapat, dan memberi
rasional sehubungan dengan pendapat yang dikemukakannya.
2.4 Langkah-Langkah pelaksanaan diskusi
Langkah-langkah diskusi
sangat bergantung pada jenis diskusi yang digunakan. Hal ini dikarenakan
tiap-tiap jenis memiliki karakteristik masing-masing. Seminar memiliki
karakteristik yang berbeda dengan simposium, brain storming, debat, panel,
sindikat group dan lain-lain. Demikian pula siposium dan yang lain-lain
tersebut juga memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Akibat perbedaan karakteristik tersebut, maka langkah dan atau prosedur
pelaksanaannya berbeda satu dengan yang lain. Meskipun demikian, secara umum
untuk keperluan pembelajaran di kelas, langkah-langkah diskusi kelas dapat
dilaksanakan dengan prosedur yang lebih sederhana. Moedjiono, dkk (1996)
menyebutkan langkah-langkah umum pelaksanaan diskusi sebagai berikut ini :
a)
Merumuskan
maslah secara jelas
b)
Sengan
pimpinan pendidik, para peserta didik membentuk kelompok diskusi, memilih
pimpinan diskusi (moderator, notulen), mengatur tempat duduk, sarana dan
lain-lain.
c)
Melaksanakan
diskusi,usahakan diskusi harus berjalan dalam suasana bebas dan terkendali
d)
Melaporkan
(menyajikan) hasiil diskusinya kemudian ditanggapi oleh peserta didik lain
sebagai audiens
e)
Menanggapi
setiap komentar dan saran dari tanggapan peserta didik lain .
Budiardjo,dkk, 1994:20-23
membuat langkah-langkah penggunaan metode diskusi melaluii tahap-tahap berikut
:
1.
Tahapan
persiapan
a)
Merumuskan
tujuan pembelajaran
b)
Merumuskan
permasalahan dengan jelas dan ringkas
c)
Mempertimbangkan
karakteristik peserta didik dengan benar
d)
Menyiapkan
kerangka diskusi yang meliputi (1) menentukan dan meruumuskan aspek-aspek
masalah, (2) menentukan alokasi waktu (3)menuliskan garis besar bahan diskusi
(4) menentukan aturan main jalannya diskusi
e)
Menyiapkan
fasilitas diskusi seperti menggandakan bahhan diskusi, mempersiapkan alat-alat
yang dibutuhkan.
2.
Tahapan
pelaksanaan
a)
Menyampaikan
tujuuan pembelajaran
b)
Menyampaikan
pokok-pokok yang akan di diskusikan
c)
Menjelaskan
prosedur diskusi
d)
Mengatur
kelompok-kelompok diskusi
e)
Melaksanakan
diskusi
3.
Tahapan
penutup
a)
Memberikan
kesempatan kelompok untuk menyampaikan hasiil diskusi
b)
Memberi
kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi
c)
Memberi
umpan balik
d)
Menyimpulkan
hasil diskusi
2.5 Peranan Pendidik Sebagai Pemimpin Diskusi
Untuk
mempertahankan kelangsungan, kelancaran dan efektivitas diskusi, pendidik
sebagai pemimpin diskusi memegang peranan menentukan. Mainuddin, Hadisusanto
dan Moedjiono, 1980:8--9, menyebutkan sejumlah peranan yang harus dimainkan
pendidik sebagai pemimpin diskusi, adalah berikut ini.
a. Initiating, yakni menyarankan gagasan baru, atau cara baru
dalam melihat masalah yang sedang didiskusikan.
b. Seeking information, yakni meminta fakta yang relavan atau
informasi yang otoritarif tentang topik diskusi.
c. Giving information, yakni fakta yang relavan atau menghubungkan
pokok diskusi dengan pengalaman pribadi peserta.
d. Giving opinion, yakni memberi pendapat tentang pokok yang
sedang dipertimbangkan kelompok, bisa dalam bentuk menantang konsesus atau
sikap "nrimo" kelompok.
e. Clarifying, yakni merumuskan kembali pernyataan sesorang;
memperjelas pernyataan sesorang anggota.
f. Elaborating, yakni mengembangkan pernyataan seseorang atau
memberi contoh atau penerapan.
g. Controlling, yakni menyakinkan bahwa giliran bicara merata;
menyakinkan bahwa anggota yang perlu bicara, memperoleh giliran bicara.
h. Encouraging, yakni bersikap resetif dan responsitif terhadap
pernyataan serta buah pikiran anggota.
i. Setting Standards, yakni memberi atau meminta kelompok
menetapkan, kriteria untuk menilai urunan anggota.
j. Harmonizing, yakni menurunkan kadar ketegangan yang terjadi
dalam diskusi.
k. Relieving tension, yakni melakukan penyembuhan setelah
terjadinya tegangan.
l. Coordinating, yakni menyimpulkan gagasan pokok yang timbul
dalam diskusi, membantu kelompok mengembangkan gagasan.
m. Orientating, yakni menyampaikan posisi yang telah dicapai
kelompok dalam diskusi dan mengarahkan perjalanan diskusi selanjutnya.
n. Testing, yakni menilai pendapat dan meluruskan pendapat kearah
yang seharusnya dicapai.
o. Consensus Testing, menialai tingkat kesepakatan yang telah
dicapai dan menghindarkan perbedaan pandangan.
p. Summarizing, yakni merangkum kesepakatan yang telah dicapai.
BAB III
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran Metodologi mengajar adalah ilmu yang
mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah
lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling
berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan
dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai. Ada beberapa metode pembelajaran yang tentunya bisa digunakan dan
dipraktekkan secara langsung dalam sebuah proses pembelajaran diantaranya metode ceramah, metode demonstransi, metode
diskusi, metode simulasi, metode pemberian tugas, metode tanya jawab, metode
kerja kelompok, metode problem solving, metode eksperimen dan metode observasi.
Dari masing-masing metode tentu memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing
dan semua itu berguna pada waktunya. Diskusi
sebagai metode mengajar lebih cocok dan diperlukan apabila seorang
pendidik hendak memberi kesempatan kepada
peserta didiknya untuk mengekspresikan kemampuannya,
berpikir kritis, menilai perannya dalam diskusi, memandang masalah dari
pengalaman sendiri dan pelajaran yang diperoleh di sekolah, memotivasi, dan
mengkaji lebih lanjut.
5.2
Saran
Diharapkan dengan terselesaikannya makalah ini
penulis maupun pihak pembaca mampu memilih serta memilah yang baik dan yang
buruk dari hasil penulisan ini. Dan alangkah lebih baiknya apabila seorang
pendidik bisa menganalisis dan mempraktekkan sgala isi dari makalah ini tentunya
demi kebaikan bersama.